Feb 17, 2010

kadang taat kadang derhaka


"halusnya butiran pasir," aku takjub.
ketenangan sembunyi-sembunyi menyusup ke sudut hati detik melihat lukisan sang angin atas pasir halus itu.
"pandai sungguh angin ini melukis," bisik hati kecilku.
masakan mungkin lukisan-lukisan menakjubkan atas padang pasir yang terbentang luas ini terjadi secara sendiri.
mustahil !

angin juga punya pencipta.
jika lukisan angin aku kagumi,
masakan mungkin aku melupakan sang angin .
apatah lagi pencipta sang angin.
karutlah aku jika mencintai angin tetapi melupakan Tuhannya.


daku menoleh ke kiri dan ke kanan,
sekali lagi aku takjub,
melihat bukit batu di sekelilingku.
hasil ukiran penuh seni sang angin, matahari dan hujan,
bekerjasama mencipta "karya agung" buat tatapan mata yang sering durhaka.

ah, aku tertunduk malu.
manusia, angkuh, bongkak, sombong!
permainan warna di atas kanvas putih sudah berbangga.
bangunan setinggi anak-anak bukit sudah mendabik dada.
tertinggi, tercantik, terhebat dan segala macam permainan anak kecil dijadikan paksi hidup!


tidak malukah engkau pada sang angin, sang matahari, sang air dan sang tanah yang tunduk patuh titah tuhannya?
lupakah engkau, sekali digoncang tanah, berderai semua?
sekali dilepaskan tali pacuan angin, musnah segalanya?
sekali dikacau air yang lembut, tenggelam semua?
jika matahari malas memancar cahaya, masihkah boleh berbangga?

tidak malukah engkau, wahai manusia si pendabik dada?
malu, cukup malu,
maafkan aku,
hamba yang kadang taat kadang derhaka..


0 comments: